Minggu, 10 Mei 2009

MELAWAN TIRANI BUDAYA BARU INDONESIA

Sulit menyebut atau mendefinisikannya. Tapi bolehlah saya menyebutnya sebagai “BUDAYA BARU” bangsa Indonesia. Baru, karena saya sendiri tidak pernah tahu apakah zaman dahulu bangsa Indonesia memiliki budaya seperti saat ini. Simak hal-hal kecil berikut yang saya anggap sebagai “BUDAYA BARU” bangsa Indonesia.

1. Pernahkah anda naik kereta atau bis kota yang penuh sesak? Pernahkan anda lihat orang-orang muda duduk dengan santainya sementara ibu-ibu dan orang tua bergelantungan di dalam bis kota atau kereta? Sedikit sekali yang mempersilahkan orang tua dan ibu-ibu untuk duduk menggantikan orang-orang muda ini. Begitu sering dan banyaknya kejadian seperti ini menunjukkan ini adalah budaya saat ini. EGOISME.

2. Pernahkan anda melihat sepeda-sepeda motor berhenti di lampu merah tapi tidak di tempat yang sesuai aturan? Mereka berhenti di depan zebra cross bahkan melebihi lampu lalu lintas itu sendiri, sampai mereka tidak tahu kalau lampu sudah berwarna hijau. Jawabannya adalah di setiap lampu merah. Sampai-sampai jika kita ingin berlaku tertib dengan berhenti pada tempatnya kita akan dimaki pengendara lain. Inipun budaya saat ini. MELANGGAR ATURAN.

3. Pernahkan anda melihat pengendara sepeda motor tidak menggunakan helm? Ow, setiap saat. Satu lagi budaya saat ini. MELANGGAR ATURAN.

4. Pernahkan anda melihat mobil berplat TNI atau Polisi berkeliaran di mal pada hari libur? Setiap saat? Saya berasumsi mereka sedang tidak tugas. Atau pernahkan anda melihat truk TNI sedang mengangkut banyak ibu-ibu pengajian? Saya juga berasumsi ibu-ibu pengajian tidak sedang dalam rangka perang. Satu lagi budaya kita saat ini. PENYALAHGUNAAN FASILITAS HASIL PAJAK RAKYAT.

5. Pernahkan anda berada di fasilitas umum dan menemui laki-laki atau perempuan bodoh merokok tanpa minta izin dan mengebulkan asap dari mulut mereka yang kotor ke muka kita? Astaga, setiap hari? Wow. Kasian sekali anda, bercapek-capek make-up dan merawat wajah dan di luar rumah dikotori oleh asap dari mulut busuk orang yang tidak kita kenal. Satu lagi, EGOISME.

6. Pernahkan anda mengendarai mobil dan harus putar balik? Adakah putar balik yang bebas dari pengangguran yang mengaggap diri mereka penting dengan mengatur lalu lintas? Ada, sedikit sekali kan? Saya sering mengumpat (collecting dosa) dengan menyebut mereka sebagai “tidak penting banget!”. Boleh dong kita sebut sebagai budaya, “MENCARI UANG DENGAN ‘CARA’ TIDAK HALAL”

7. Pernahkah anda terjebak macet panjang, tetapi ketika mobil anda berhasil melewati kemacetan, ternyata tidak ada apa-apa, tidak ada kecelakaan dan lain-lain. Hanya angkot yang berhenti dengan wajah bodoh dari pengendaranya. “Adha apha adha apa?”, berlagak tidak salah. Fyuh, everyday kan. Satu lagi budaya kita, “MEMBUAT HARAM PEKERJAAN HALAL” DAN “EGOISME”

8. Ah, sebenarnya masih banyak (baca: sangat banyak banget!) yang bisa ditulis tentang budaya ini.

Tapi, sebaiknya saya melawan budaya baru ini yang saya anggap sebagai sebuah tirani, yang akan menghentikan kemajuan bangsa. Bahkan tirani ini yang akan menghancurkan bangsa Indonesia dengan cepat. Ini adalah borok. Nah, saya sebagai orang muda mengundang anda yang muda juga (yang tua biarkan segera mati dengan korupsi mereka). Here, at least hal-hal kecil yang “HARUS” dilakukan (saya sangat setuju dengan konsep dari Aa Gym: Mulai dari hal kecil, mulai dari diri sendiri, mulai sekarang!).

Sebagai orang muda, kita harus:

a. Memberikan kursi kita kepada yang lebih membutuhkan. Sangat logiskan? Kita adalah generasi emas dan harus bersikap luar biasa.

b. Taat peraturan. Mulailah dari hal kecil, misalnya taat aturan lalu lintas. Berhenti saat lampu merah di lokasi yang semestinya. Jangan menerabas lampu merah, karena itu tampak bodoh. Pakai helm standar karena kalau tidak akan kelihatan kumel kayak tukang ojek. Saat malam hari, lampu motor harus hidup karena kalau mati kayak motor preman yang SD kelas 3 aja gak naik kelas.

c. Kalau kamu seorang perokok, jangan merokok di tempat umum. Jangan merokok di depan orang lain. jangan memberi rokok kepada orang lain. Sikat gigi setelah merokok. Buang puntung rokok di tempat paling aman (anggap saja rokok adalah kondom yang kalau ditemukan orang lain di kotak sampah hanya bikin malu). Jangan membuang abu rokok sembarangan karena kayak pegawai negeri yang gak ada kerjaan di kantor. Yah, sebaiknya jangan pernah merokok.

Hilangkan hipnosis bodoh dari otak kamu, seperti: mendingan tidak makan dari pada tidak merokok (hipnosis bodoh), kalau tidak merokok mulut jadi asam (lagi-lagi hipnosis bodoh), merokok untuk pergaulan (aduh duh, hari gini punya hipnosis kolot kayak gini? are you sure?), rokok saya gak bikin kecanduan kok (kalau gitu jangan merokok). Saya pribadi tetap beranggapan rokok itu haram don bodoh. Haram karena mengganggu ‘kenyamanan’ orang lain dan istri kita (banyak orang malu merokok di depan umum, tapi tidak malu dengan orang yang mereka sayangi… satu lagi kebodohan). Saya selalu beranggapan kalau orang lain tidak nyaman atas apa yang kita perbuat, tentu saja kita melakukan kegiatan haram.

d. Tersenyumlah pada orang lain. Capek kan selalu memaki dan dimaki pengendara motor atau mobil. Gak ada penyelesaian dari maki memaki. Coba, setelah maki-memaki terus apa? Ada juga jadi darah tinggi.

e. Jangan mengendarai kendaraan terlalu cepat. Ini menunjukkan style luar biasa dari generasi muda yang “beda”. Ngebut-ngebutan sekali lagi mengganggu kenyamanan orang lain, dan itu dosa.

f. Hindari motor 2 tak. Please, suara knalpotnya bikin orang sakit gigi semakin menderita, membuat anak yang seharusnya belajar jadi tidak konsen (ini salah satu dosa besar karena siapa tahu anak yang belajar ini kelak menjadi pemimpin dunia).

g. Jangan pernah sekali-kali menyetel musik denga volume keras. Damn, kita tidak boleh memaksakan jenis musik kita kepada orang lain (terutama dangdut). Memang iya, “tape tape gua, suka-suka gua dong!”. Tapi jangan lupa, suara itu melewati media udara. Setahu saya, udara itu milik semua orang. Tape memang punya kamu, tapi media udara adalah milik bersama. Jadi jangan paksakan menjadi egois, jadi bikin malu karena tidak tahu fisika dan PMP.

h. Parkir kendaraan kamu di tempat yang semestinya. Jangan sekali-kali parkir kendaraan yang akan mengganggu orang lain nantinya. Banyak yang berfikir, “parkir sini ah, toh gak ada yang lewat. Ntar kalau ada yang lewat baru pindahin!” Ini keterlaluan. Bertindak dulu, berfikir kemudian. Generasi muda macam apa ini. Bagaimana bisa memutuskan perang, kalau tidak tahu perangnya digunakan untuk tujuan apa. Bodohnya.

i. Jangan pernah sekali-kali naik motor dan ngobrol dengan teman di motor lainnya. Memangnya jalan milik mbahmu? Ini tidak lucu. Generasi muda yang hebat tidak melakukan egoisme.

j. Jangan memotong antrian. Antri dong. Ini kan bukan zaman batu.

k. Taruh sendalmu dengan rapi jika ke masjid. Kalau perlu, rapikan sendal teman-teman dan orang lain di situ. Hal ini menunjukkan kamu adalah orang hebat.

l. Lihat wajah orang yang sedang berbicara kepada kamu, sambil tersenyum. Kamu kan bukan pegawai negeri yang hanya senyum kalau ada suap.

m. Berbicara dengan sopan kepada orang yang lebih tua. Akrab boleh saja, tapi pilihkan kata-kata yang sopan. Berbicaralah dengan pantas kepada orang yang lebih muda dan atau sebaya. Sekali lagi akrab boleh, tapi tidak kelas bawah. Kamu kan bukan tukang bangunan yang dengan mudah bilang, ah goblok lo… walaupun itu kedengaran akrab.

n. (optional) Jangan memanggil orang lain dengan sebutan “Bos!”. Misalnya: Gimana, boss!. Uh, kedengaran kelas bawah sekali. Tapi ini optional lo.

Hmm… rasanya masih banyak yang kurang. Tapi ya, sebegitu banyaknya budaya baru yang merusak tatanan logis, sehingga hal-hal yang semestinya dilakukan menjadi tereleminir. Point penting buat generasi kita adalah “Gunakan otak kita (hipnosislah diri kita) untuk tidak berbuat egois. Sesuatu yang logis, lakukanlah. Bertindak berbeda dengan budaya saat ini bukan hal tercela. Jadi generasi yang “benar”. Hal-hal yang dilakukan komunitas belum tentu benar (buktinya korupsi dilakukan secara berjamaah, toh itu tetap bukan perbuatan yang membanggakan). Ayo kita lawan tirani budaya baru Indonesia.

Anti Egoisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar