Senin, 15 Desember 2008

Persahabatan, rasa hormat, dan kebijakan


persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga.
Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari
setelah kita kehilanganNya. Seorang sahabat adalah yang dapat
mendengarkan lagu didalam hatiMu dan akan menyanyikan kembali tatkala
kau lupa akan bait-baitnya. Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga
Kita.

Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan, tapi Jangan
pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain... tapi menyesal-lah
jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu. Bertemanlah dengan orang
yang suka membela kebenaran. Dialah hiasan dikala kamu senang dan
perisai diwaktu kamu susah. Namun kamu tidak akan pernah memiliki
seorang teman, jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.

Karena semua manusia itu baik kalau kamu bisa melihat kebaikannya dan
menyenangkan kalau kamu bila melihat keunikannya tapi semua manusia
itu akan buruk dan membosankan kalau kamu tidak bisa melihat keduanya.

Begitu juga Kebijakan, Kebijakan itu seperti cairan, kegunaannya
terletak pada penerapan yang benar, orang pintar bisa gagal karena ia
memikirkan terlalu banyak hal, sedangkan orang bodoh sering kali
berhasil dengan melakukan tindakan tepat. Dan Kebijakan sejati tidak
datang dari pikiran kita saja, tetapi juga berdasarkan pada perasaan
dan fakta. Tak seorang pun sempurna. Mereka yang mau belajar dari
kesalahan adalah bijak. Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa
mereka benar meskipun terbukti salah. Apa yang berada di belakang kita
dan apa yang berada di depan kita adalah perkara kecil berbanding
dengan apa yang berada di dalam kita.

Kamu tak bisa mengubah masa lalu.... tetapi dapat menghancurkan masa
kini dengan mengkhawatirkan masa depan. Bila Kamu mengisi hati kamu...
dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan,
Kamu tak memiliki hari ini untuk kamu syukuri. Jika kamu berpikir
tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan dan hari esok tanpa rasa
takut, berarti kamu sudah berada dijalan yang benar menuju sukses.( Semoga )

Minggu, 14 Desember 2008

Hidup = Cerita ?


Ya… Seperti yang kita semua tahu. Diri kita sendiri adalah tokoh utama dalam cerita kita. Sisanya adalah tokoh lapis kedua, yakni keluarga, teman, guru, dan sebagainya. Lalu ada tokoh lapis ketiga, atau bisa disebut juga figuran, yakni orang-orang yang tidak terlalu sering, atau hanya waktu tertentu dapat kita temui. Seperti, teman dari teman, kenalan di pesta, dan masih banyak lagi.

Nah, sebagai tokoh utama, kita harus memainkan peran hidup kita sebaik-baiknya. Baik atau buruk adalah kita sendiri yang menentukan. Gejolak yang ada di dalam pikiran kita adalah konflik paling utama dalam hidup kita.

Ketika kita dihadapkan pada dua jalan, seringkali kita bimbang, mau melewati jalan yang mana. Ya. Itulah manusia. Punya banyak pertimbangan. Kita jadi sulit mengambil keputusan, dan seringkali terhenti di sana, karena berpikir, kedua jalan itu sulit ditempuh.

Memang banyak orang seperti itu. Putus asa… Menyerah… Tapi, coba pikirkan! Kita telah melewati separuh jalan. Apa kita mau kembali ke awal lagi dengan muka tertunduk? Atau kita menyelesaikan cerita ini dengan penuh kebanggaan?

Ya, Saudara-saudariku. Memang seringkali ada banyak hal yang membuat langkah kita terhenti. Ibarat ada sebuah batu besar yang menghalangi jalan kita. Pertanyaannya: Apakah kita berusaha menghancurkan batu besar itu? Atau mencari jalan lain?

Memang, seringkali orang berpikir, hancurkanlah batu itu! Tapi saya berpikir, carilah jalan lain! Jangan hanya terpaku pada satu hal, lalu membuat kita menjadi diam di tempat. Ingatlah! Banyak sekali jalan untuk kita dalam mencapai garis finish! Ini bukan lomba lari!

Dalam cerita hidup ini, anda bukan hanya berperan sebagai tokoh utama, melainkan juga sutradara. Andalah yang akan menentukan skenario hidup anda selanjutnya, tanpa melupakan bahwa Tuhan-lah “produsernya”.

Ya, ada start ada finish, ada A ada Z, ada Alpha ada Omega. Setiap cerita, jika mempunyai awal, pasti mempunyai akhir. Pertanyaan: Apa yang akan kita siapkan untuk akhir cerita kita? Memang, tak ada yang bisa menebak, kapan akhir itu tiba. Tapi, setidaknya persiapkanlah dengan baik, supaya akhir kita menjadi “best ending”.

Sekian apa yang bisa saya sampaikan. Terima kasih jika anda ingin membaca blog ini. Akhir kata, Wish everybody have a best ending!

Kini aku mengerti

Dulu aku tahu artinya tenang. Tenang adalah tersenyum dan menarik perhatian khalayak. Tenang adalah yang aku ciptakan dalam kepura-puraan sikap agar lawan jenisku terpesona.
Kini aku mengerti maknanya tenang. Tenang adalah sepi yang oleh nafasku sendiripun masih terlalu berisik kadang. Tenang adalah melangkahkan kaki di ruang temaram tanpa sedikitpun telapak kakiku menciptakan suara yang bisa membuatmu terjaga.

Kini aku mengerti, tenang adalah menuliskan puisi tanpa membunyikan papan ketik karena ketukan kecil saja akan membuatmu menangis.

Jumat, 12 Desember 2008

Kebaikan dan ketulusan


Ada seorang kawan mulanya dia tidak percaya dengan orang berbuat baik dengan ketulusan, katanya itu hanya ada di reality show TV. Pandangan itu berubah disaat putra keduanya yang masih balita meninggal dua diRumah sakit umum. Katanya, Disaat saya menggendong jenazah anak saya disamping kiri istri menangis terus sementara uang sudah habis nggak tau bagaimana mesti pulangnya.

Sampai kemudian dipintu gerbang rumah sakit ada seorang laki-laki muda memanggil-mangil saya, bapak ibu silahkan naik taxi. Pemuda itu mengantarkan kami sampai ke rumah bahkan ikut mensholatkan dan ikut mengantarkan ke pemakaman. Semua begitu berlalu dengan cepat sampai saya tersadar, .siapa nama lelaki muda itu? dan dimana tinggalnya? saya lupa mengucapkan terima kasih.